Legislator Dukung MK Agar Banggar Tidak Terjebak Mekanisme Proyek

26-05-2014 / KOMISI XI

Kewenangan Badan Anggaran (Banggar) membahas RAPBN sampai satuan tiga perlu ditinjau ulang. Pasalnya , kewenangan itulah  sebenarnya  yang membuat terjadinya negosiasi atara Pemerintah dan parlemen. Parlemen itu menyetujui secara keseluruhan terhadap budget pemerintah dan harus disadari bahwa  APBN adalah kesepakatan antara rakyat dan pemerintah. DPR  menyetujui sedangkan detailnya dibahas di Komisi-komisi dan departemen terkait.

Hal itu ditegaskan anggota DPR Achsanul Qosasi  di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (26/5), menanggapi keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memangkas kewenangan Banggar.  MK menilai kewenangan Banggar harus dibatasi saat membahas anggaran teknis di kementerian. DPR seharusnya tidak membahas anggaran hingga hal-hal yang sangat rinci di satuan 3.

Selain itu MK juga menghapus kewenangan DPR dalam memberi tanda bintang anggaran yang dianggap belum menenuhi syarat. DPR hanya boleh menyatakan setuju atau tidak setuju dengan tidak menunda pencairan.

Menurut Achsanul, apa yang dilakukan MK  merupakan langkah bagus dan perlu didukung. Dengan demikian, Dewan tidak terjebak dalam mekanisme proyek atau seolaholah ada negosiasi antara pemerintah dan DPR. Biarlan pemerintah menjalankan perannya sesuai dengan budget-bugdet dan sasaran kementerian yang sudah ada. “ Jadi saya dukung MK, saya usulkan sudah dua tahun lalu agar Banggar tidak terjebak pada pembahasan satuan tiga,” tegas anggota Komisi XI DPR ini.

Terkait dengan menghilangkanpembintangan”,  mata anggaran instansi pemerintah, politisi Partai Demokrat ini mengatakan yang membintangi anggaran bukan kewenangan Banggar DPR. DPR itu hanya menyetujui saja, kalau ada sejumlah hal bukan terkait proyek misalnya adanya pemeriksaan  BPK atau BPKP yang belum  dijalankan, itu boleh disampaikan kepada pemerintah agar jangan terulang kembali.

Tapi kalau membintangi ada hal-hal dan tujuan tertentu, saya tidak sepakatKalau pembintangan karena pemeriksaan BPK belum dilaksanakan saya setuju, DPR mempunyai hak melakukan itu,” ia menjelaskan.

Ditambahkan, DPR dalam pembahasan RAPBN menyetujui program dan  jumlah, sedangkan detailnya yang tahu pemerintahParlemen bukan eksekutor, tetapi pengawas sehingga apa yang sudah disetujui dalam nota keuangan yang diajukan, secara detail pemerintah yang tahu dan selanjutnya dibahas Komisi-komisi. “ Kalau bicara proyek perproyek, saya rasa tidak pas, karena Komisi-komisi bisa melakukan evaluasi dan pengawasan setiap saat,” tandas Qosasi. (mp)foto:naefuroji/parle/od

BERITA TERKAIT
Ekonomi Global Tak Menentu, Muhidin Optimistis Indonesia Kuat
15-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Makassar - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa ketidakpastian ekonomi global yang utamanya dipicu konflik di berbagai belahan dunia,...
BI Harus Gencar Sosialisasi Payment ID Demi Hindari Misinformasi Publik
14-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Balikpapan — Peluncuran Payment ID sebagai identitas tunggal transaksi digital terus disorot. Meskipun batal diluncurkan pada 17 Agustus 2025...
Komisi XI Minta BI Lakukan Sosialisasi Masif Penggunaan ID Payment
14-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Batam-Komisi XI DPR RI menyoroti isu Payment ID yang belakangan menuai polemik di tengah masyarakat. Polemik tersebut terjadi lantaran...
PPATK Jangan Asal Blokir Rekening Masyarakat
13-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Makassar - Pemblokiran puluhan juta rekening oleh Pusat Pelaporan Analisis Transaksi dan Keuangan (PPATK) menimbulkan polemik. Diberitakan di berbagai...